5 Komponen Pembentuk Kompetensi Seseorang

Dalam dunia kerja, kompetensi menjadi salah satu indikator terpenting dalam menilai karyawan, atau pun performa seseorang. Seseorang yang memiliki kompetensi di bawah standar, maka akan menghasilkan kinerja yang buruk atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan. 

Perusahaan akan terus kuwalahan apabila memiliki karyawan yang tidak dapat berkompetisi di dunia kerja. Oleh karena itulah, wajar jika saja seseorang yang memiliki kompetensi rendah juga dinilai rendah pula oleh manajer, sehingga hal ini akan mempengaruhi imbalan jasa karyawan yang semakin kecil.

Jadi, apa yang dimaksud dengan kompetensi itu?

Berdasar Badan Nasional Sertifikasi Profesi (2014), yang dimaksud dengan kompetensi merupakan kemampuan kerja individu yang terdiri dari keterampilan, pengetahuan, serta sikap kerja yang sesuai dengan standar yang diharapkan. 

Memangnya, standar apakah yang dimaksud? Jadi perusahaan sendiri juga sudah menyiapkan beberapa standar minimal yang harus dipenuhi oleh karyawan berdasarkan keterampilannya, pengetahuannya, dan sikap sesuai dengan apa yang diinginkan perusahaan. Apabila tidak sesuai standar atau ketentuan yang telah ditetapkan, maka pekerjaan karyawan tersebut akan terancam.

Namun sebenarnya bukan hanya keterampilan, pengetahuan, dan sikap saja yang menjadi komponen pembentuk kompetensi dalam diri seseorang. Berikut akan dipaparkan beberapa penjelasan komponen-komponen yang dimiliki oleh karyawan. (Ruky, A. S., 2014)

1. Knowledge

Kompetensi pertama yang selalu diperhatikan adalah knowledge atau pengetahuan. Pengetahuan merupakan informasi yang dimiliki seseorang tentang hal yang spesifik. Spesifik yang dimaksud bisa berupa pengetahuan mengenai pekerjaan, kehidupan sehari-hari, dan beberapa ilmu yang dapat menunjang kehidupan kita.

Seberapa luas wawasan dalam dunia kerja akan menjadi penentu seberapa baik peforma seseorang. Sudah jelas, jika seorang profesional pasti memiliki pengetahuan yang luas di bidangnya masing-masing, termasuk manajemen SDM ini. Semakin luas wawasan seseorang, maka akan semakin mempermudah dalam segala hal. 

Jangan sampai menjadi orang bodoh yang tidak tahu apa-apa, karena orang bodoh tidaklah bisa diandalkan. Dalam islam pun, perintah ayat yang pertama kali muncul adalah perintah baca atau iqra' dalam bahasa arab. Bukan perintah untuk sholat, haji, puasa, atau pun zakat. Sehingga sangat ditekankan kepada siapapun untuk selalu menjaga dirinya dari kebodohan.

2. Skills.

Skills atau keahlian merupakan kemampuan untuk mengerjakan suatu tugas, baik yang bersifat fisik atau pun mental (Ruky, Achmad S., 2014). Semisal dalam mengemban profesi sebagai dokter, maka dirinya harus memiliki skill fisik berupa mengebor gigi dan menambal gigi berlubang tanpa merusak saraf disekitarnya. Sedangkan skill yang bersifat mental seperti kemampuan dalam menganalisis masalah, mencari solusi kreatif, atau pun berfikir secara konseptual.

Skills ini biasa didapatkan dari pengalaman, terutama secara praktek. Biasanya perusahaan-perusahaan seringkali mengadakan pelatihan-pelatihan kepada karyawannya agar mendapatkan skill yang diinginkan oleh perusahaan, terutama bagi karyawan yang baru saja bergabung dengan perusahaan. Bukan hanya dari pelatihan, melainkan juga melalui coaching atau pengalaman secara langsung dalam bekerja akan selalu dapat meningkatkan skill masing-masing.

Atau bisa jadi melalui pengalaman selama mengikuti organisasi dan beberapa prestasi yang dapat langsung dinilai dari CV karyawan. Oleh karena itulah, seseorang yang pernah mengikuti banyak organisasi dengan posisi yang tinggi jauh lebih mudah diterima oleh perusahaan daripada fresh graduate yang hanya mengandalkan IPK saja.

Namun, yang perlu digaris bawahi adalah tiap-tiap orang memiliki kecepatan perkembangan yang berbeda-beda, termasuk pengembangan skills juga. Hal ini karena dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal masing-masing kepribadian. Apabila seseorang memiliki kepribadian yang malas-malasan, menghindari kompetisi, dan semaunya sendiri, sudah jelas dirinya akan memiliki perkembangan paling lambat diantara yang lain. 

3. Motives.

Motif merupakan hal-hal yang dapat mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu. Motif seseorang, atau sesuatu yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu terdapat berbagai macam dengan beberapa tingkatan. Sudah banyak teori motivasi yang membahas hal ini, namun yang paling populer adalah teori Maslow.

Maslow mengatakan jika seorang manusia itu memiliki 5 tingkatan kebutuhan yang harus dipenuhi atau biasa disebut dengan teori hierarki kebutuhan. Kebutuhan itu adalah: 1. Kebutuhan fisiologis, 2. kebutuhan rasa aman, 3. kebutuhan sosial/afeksi/kasih sayang, 4. kebutuhan akan berprestasi, 5. kebutuhan aktualisasi diri. 

Apabila kebutuhan yang pertama sudah terpuaskan, maka akan beralih pemenuhan kebutuhan yang kedua. Berikutnya apabila kebutuhan yang kedua terpuaskan, maka akan lanjut ingin memuaskan diri pada kebutuhan tingkatan yang ketiga. Begitu seterusnya hingga mencapai aktualisasi diri. Semakin terpenuhi kebutuhan seseorang, maka kinerjanya juga akan semakin meningkat. 

4. Traits.

Traits merupakan karakteristik individu yang membedakan satu individu dengan individu yang lain, seperti berupa kecerdasan, emosional, atau pun penampilan. Apabila disadur dari buku Achmad S. Ruky (2014), maka traits akan terbagi menjadi 2, yakni trait fisik dan trait emosional. Trait fisik berupa kemampuan dan penampilan, sedangkan trait emosional seperti kemampuan dalam mengendalikan emosi,  beradaptasi menghadapi tekanan, sikap jujur, dan lain sebagainya.

Kita tidak bakal bisa menang apabila dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki traits yang mumpuni. Seperti dari segi penampilan, kemampuan, atau pun secara emosional dirinya terlihat sempurna. Namun, semua itu bukanlah suatu hal yang didapatkan dari langit, atau pun cara mendapatkannya tidaklah semudah merebut permen dari anak kecil. Mereka pasti perlu melalui proses yang panjang dengan banyak pengorbanan hingga menjadi sekarang ini yang terlihat profesional dan berwibawa. 

5. Self Concept

Menurut Ruky, Self concept merupakan sikap, nilai, dan citra yang dimiliki oleh seseorang. Kemudian, dilansir dari gramedia.com, yang dimaksud dengan konsep diri adalah pandangan atau perspektif mengenai dirinya sendiri. Terdapat dua unsur dalam konsep diri, yaitu: (Ruky, Achmad S., 2014).

- Rasa Percaya Diri

Rasa percaya diri merupakan keyakinan seseorang jika dia pasti akan berprestasi di situasi apapun itu. Percaya diri dengan kata lain percaya pada kemampuannya sendiri untuk menyelesaikan sesuatu baik itu ketika sendirian ataupun bersama dengan orang lain. Dengan adanya rasa percaya diri, membuat seseorang berani melangkah maju untuk bertindak melakukan sesuatu. Berbeda dengan orang yang tidak memiliki rasa percaya diri hanya akan memilih diam dan tidak mengambil sikap ketika menghadapi sesuatu. 

- Nilai (value)

Nilai merupakan sesuatu yang diyakini kebenarannya, dipercayai dan dirasakan kegunaanya,, serta diwujudkan dalam sikap atau perilakunya. Sedangkan menurut Harrocks, nilai adalah sesuatu yang membuat individu atau kelompok sosial memutuskan mengenai apakah yang dibutuhkan.

Menurut Ruky, nilai merupakan "motif reaktif" yang menentukan apa yang akan dijawab seseorang dalam jangka pendek terhadap situasi-situasi yang dihadapinya. Contohnya, apabila seseorang menilai tinggi terhadap perilaku "menolong sesama," maka dirinya akan segera bereaksi cepat jika melihat seseorang yang membutuhkan pertolongan. 

Sumber :

https://www.gramedia.com/best-seller/konsep-diri/

https://www.gramedia.com/best-seller/percaya-diri/

https://sites.google.com/a/mhs.uinjkt.ac.id/intan-permata-sari/semester-2/4

Ruky,  Achmad S., (2014) Menjadi Eksekutif Manajemen SDM Profesional. CV. Andi OFFSET,  Yogyakarta.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "5 Komponen Pembentuk Kompetensi Seseorang"

Post a Comment